Trending

Patung Biawak Realistis di Wonosobo: Benarkah Cuma Habis Rp50 Juta?

faisal
25 April 2025
1 menit membaca
Patung Biawak Realistis di Wonosobo: Benarkah Cuma Habis Rp50 Juta?
Bagikan:

Bogor, Bablast - News Sebuah patung biawak raksasa berdiri mencolok di jalur nasional Wonosobo–Banjarnegara, tepatnya di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Meski baru saja rampung, patung ini langsung mencuri perhatian warganet karena bentuknya yang sangat mirip dengan biawak sungguhan.

Baca Juga: NVIDIA Bangun Sekolah AI Pertama di Solo: Langkah Strategis Menuju Masa Depan Teknologi Indonesia

Namun bukan hanya tampilannya yang bikin ramai. Isu bahwa patung ini hanya menghabiskan biaya sekitar Rp50 juta jadi pemantik utama viralnya di media sosial. Banyak yang kagum, tak sedikit pula yang heran.

Realistis dan Menarik Perhatian Publik

Patung biawak ini merupakan hasil karya seniman Rejo Arianto, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Meski dulunya menekuni seni lukis, Rejo mengaku lebih tertarik pada seni tiga dimensi.

Dengan tinggi sekitar tujuh meter, patung ini menampilkan seekor biawak besar yang sedang merayap di atas batu. Detail kulit, bentuk tubuh, hingga ekspresinya dibuat sangat teliti, sehingga tampak hidup dan nyata.

Banyak warganet yang membandingkan patung biawak ini dengan berbagai patung lain di Indonesia. Beberapa menyebut karya ini lebih baik dibanding patung-patung lain yang menghabiskan dana miliaran rupiah. Bahkan, ada yang membandingkannya dengan patung Presiden Jokowi di Karo, Sumatera Utara, yang memakan biaya Rp2,5 miliar.

Proses Pengerjaan Hanya Satu Setengah Bulan

Rejo menjelaskan bahwa proses pengerjaan patung secara keseluruhan memakan waktu sekitar satu setengah bulan. Namun untuk pembuatan patungnya sendiri hanya memerlukan waktu sekitar satu minggu.

Menariknya, rencana awal patung ini hanya setinggi tiga meter. Namun karena anggaran yang tersedia ternyata mencukupi, patung tersebut akhirnya dibuat menjadi setinggi tujuh meter. Hal ini menjadi bukti bahwa pengelolaan dana dilakukan secara efisien dan penuh inisiatif.

Benarkah Hanya Rp50 Juta?

Isu bahwa pembuatan patung ini hanya menghabiskan Rp50 juta memang beredar luas, namun tidak dikonfirmasi secara langsung oleh Rejo maupun pemerintah daerah. Rejo sendiri tidak menyebut secara pasti jumlah dana yang digunakan. Ia hanya mengatakan bahwa anggaran yang diterimanya cukup untuk membangun patung lebih besar dari rencana awal.

Satu hal yang jelas, anggaran tersebut bukan berasal dari dana desa. Rejo menegaskan bahwa dana pembangunan patung ini disediakan oleh salah satu BUMD di Kabupaten Wonosobo. Ia menyebut bahwa jika dana yang diterimanya mencapai Rp1 miliar, maka dirinya bisa membangun patung seperti itu di empat titik sekaligus.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah tidak menggunakan APBD untuk pembangunan ini. Justru mereka mendorong perusahaan milik daerah untuk ikut gotong royong mendukung gagasan kreatif dari masyarakat.

Mengapa Biawak?

Ide membuat patung biawak ternyata datang dari Karang Taruna Kecamatan Selomerto. Setelah mengadakan kegiatan bertema lingkungan hidup, muncul gagasan untuk membangun sebuah ikon yang khas dan mewakili wilayah tersebut.

Biawak dipilih karena satwa ini memang sering ditemui di daerah Selomerto dan sekitarnya. Akhirnya, diputuskan untuk membangun patung biawak sebagai simbol lokal yang kuat dan otentik.

Ketua Karang Taruna, Ahmad Gunawan Wibisono, menyebut patung ini masih belum selesai sepenuhnya. Ke depannya, di sekitar patung akan dibangun taman agar lebih menarik dan bisa menjadi ruang publik yang nyaman bagi warga.

Lebih dari Sekadar Patung

Apa yang dilakukan Rejo dan Karang Taruna Selomerto bukan hanya sekadar membangun patung. Mereka sedang membangun identitas, kebanggaan lokal, dan memperkuat rasa memiliki warga terhadap ruang publik.

Patung ini juga menjadi bukti bahwa karya seni tidak harus mahal untuk bisa tampil menonjol dan menarik perhatian. Dengan semangat gotong royong dan pendekatan yang tepat, sebuah karya bisa membawa dampak positif yang luas.

Tidak hanya mempercantik wilayah, patung biawak ini juga berhasil mempromosikan Wonosobo ke khalayak luas. Banyak orang yang penasaran dan ingin melihat langsung patung tersebut. Ini tentu menjadi potensi baru bagi pariwisata lokal.

Patung biawak di Desa Krasak, Wonosobo, adalah contoh nyata bagaimana seni bisa hadir secara fungsional dan membumi. Dengan dana yang tidak besar dan proses yang efisien, karya ini mampu menyita perhatian publik secara nasional.

Terlepas dari benar tidaknya angka Rp50 juta, yang jelas karya ini lahir dari semangat kolaborasi antara seniman, masyarakat, dan BUMD. Inilah bukti bahwa ikon daerah tidak harus megah dan mahal, asal dibuat dengan hati dan identitas yang jelas.

Bagi siapa pun yang melintas di jalur Wonosobo–Banjarnegara, patung ini bisa jadi penanda unik dan menarik untuk dikunjungi. Sebuah karya seni yang bukan hanya dipandang, tapi juga dirasakan maknanya.

Ingin Tingkatkan Performa Bisnis Anda?

Dapatkan platform WhatsApp Blasting & AI Chatbot terbaik untuk mengoptimalkan bisnis Anda.